Lidahnya menjilat-jilat bulu kemaluanku. Tentu ini tak sepengetahuan Laras. Dan begitu mereka berangkat ke lapangan aku pulang ke kost untuk istirahat. Aku selalu sempatkan waktu sekitar 2 sampai 5 menit kepada masing masing individu untuk berbicara mengenai keluhan-keluhan mereka, kendala-kendala di lapangan, dan rencana-rencana mereka ke depan, sehingga mereka merasa benar-benar menjadi bagian yang penting dalam tim. Wajahnya yang penuh keringat tetap manis dengan senyuman itu. Gumpalan daging sekal itu kini longgar tanpa pembungkus.Sementara bibirnya sibuk menjilatiku, tangannya mulai menuju pakaianku. Aku lagi nggak enak badan. Kayaknya aku nggak berangkat hari ini”
“Ya udah, entar habis meeting Mas pulang aja. Paling tidak aku menyapa mereka sekilas dengan mengucapkan selamat pagi penuh semangat, memuji penampilan mereka, atau hanya sekedar mengatakan,“Dasi kamu bagus”
Aku juga sangat antusias dengan mereka, karena sebagian besarnya adalah wanita. Putih, mulus. Itu semua karena aku hampir dikatakan sempurna dalam hal pembinaan dan approachmen. Kemaluanku masuk lagi ke liang vaginanya. Emang nggak bosen gini-gini aja.
>