Tanganku bergerak memeluk pinggangnya. Felicia ternyata bermain sangat aman. Aku menuliskan request laguku dan memberikannya melalui pelayan cafe tersebut.“The Boy From Ipanema, please.. Dengan penis lemas terayun aku mencari kaos dan celana pendek Felicia dan memakainya. Dengan tubuh telanjang aku mengangkatnya ke tempat tidur, membaringkannya dan kembali menciumnya. Lama kelamaan suaranya makin keras.“Come on, Boy.. Ingin kumakan rasanya..” candaku sambil tertawa ringan. Lagu Jazz yang sangat sederhana. Matanya berbinar-binar.“Thanks Boy.. Oh ya, baru kali ini aku melihat penyanyi jazz wanita yang bisa bermain keyboard. Kenapa ingin tahu HP-ku?”“Aku tertarik denganmu. Kalau hamil gimana, pikirku.“Aman, Boy. Perlahan ujung lidahku mendekati putingnya. Kamu berhasil memuaskanku..” Pujian yang tulus. Belum mahir kok.” Aku berhenti di depan rumah Felicia.“Tinggal dengan siapa?” tanyaku ketika kami masuk ke rumahnya. saya persilakan. Kulihat sekilas Felicia tidak nampak. Felicia berteriak makin keras.“Yes.. Seorang wanita muncul. Aku membuatnya kegelian ketika hidungku bermain-main di perutnya. Oh ya.. Tingginya kurang lebih 160 cm/55 kg. Aku memalingkan
