Akhirnya kami memutuskan untuk makan di warung dekat pasar kecamatan. trussss…. Bokepindo Aku hanya memandangi goyangan pantatnya yang selalu membuat jakunku naik turun.Sore itu sesuai dengan janjiku aku menjenguk kang Sarjo. Kami pun berjalan menuju warung makan yang memang tidak begitu jauh dari puskesmas itu. Aku tidak mempedulikan teriakan-teriakan protes yang keluar dari mulut yu Darmi. “Memang bodiku kenapa hayo….” Sambil berkata begitu tangannya tetap mencubit perutku….bahkan semakin kuat. Itulah orang Jawa!! Lalu kuciumi, kusedot-sedot dan kugigit-gigit kecil puting susunya, tanganku meremas dadanya yang lain, jariku secara refleks mulai memutar-mutar dan mencubit-cubit kecil puting susunya.“aaahh..”, desahnya.. “Anu …enggak apa-apa kok…” jawab yu Darmi semakin malu. Kang Sarjo memelihara sapi yang susunya dapat diperah setiap hari dan dijual istrinya ke pasar, yu Darmi itu.Pertemananku dengan yu Darmi dan kang Sarjo sudah begitu erat bahkan hampir seperti layaknya saudara.
