anak-anakku akrab bermain di halaman belakang dengan anak mbak Dina. dan mencucinya.hanya obrolan ringan dengan mbak Dina saat mencuci piring. dan desahannya makin sering.tak sabar ingin kubenamkan penisku kedalam vaginanya. terus kupompa air maniku, ku tak ingin menyisakan satu tetes pun. sesampainya disana, mbak Dina sedang membereskan piring-piring kotor bekas kami makan siang tadi. lidahku perlahan menuju vagina. kini sudah kulumat vaginanya. peluh juga membasahi dahinya.“mbak aku mau ke..ke..keluar”“keluarin didalem aja Dan. tolong apa mbak?”mbak Dina melepas pelukannya. aku tak memikirkan istriku. membuat garis luka di telapak kakinya. pinggulku maju mundur. iya iya…oooh…iya iya, 15 menit saya sampe!”penggalan pembicaraan istriku dengan seseorang yang meneleponnya. bulu halus dan sedikit menghiasi daerah kewanitaannya.ia kembali menunduk melumat penisku.
