Aku memegang teteknya. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Bokepindo Aku hanya main dengan tangan. Aku memegang teteknya. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”Semua penumpang menoleh ke arahku. Duduk di tepi dipan. Ah. Lho, salon kan tempat umum. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Nafasnya tercium hidungku. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Dadaku berguncang. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Dari jarak yang dekat ini hawa panas tubuhnya terasa. Ia tersenyum melihatku.“Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan,” katanya.Ia mencari-cari. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Hawin.Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang.
