“Ngeenntoott!” Jantungku berdebar keras. “Jangan di pantat ya, om? Bokepindo “Ya, belum sampe empat jam yang lalu,” Yanti menjawab. Saat kugerakkan tanganku di pahanya, kurasa salah satu tangannya menyentuh batang penisku. Teteknya ditutupi air benih, dan dia menjilati bibirnya. “Tapi … Jika orang ini gak bikin kamu hepi, jika ia bukan yang kamu mau dalam hidup, kamu berutang kepada diri sendiri, tinggalkan dia, dan temukan orang lain yang akan buat kamu bahagia. “Dengar,” kataku, “ini bukan urusanku, tapi …”
“Tapi, ini dia,” katanya sinis. Kamu di atas dulu sebentar.”
“Aku terlalu gendut ya om,” katanya. Rasanya itu begitu kencang, membuatku pusing, dan aku secara naluriah lengan kananku memegang kabinet tempat tidur agar tidak terguling ke atas dirinya. Kugosok tanganku dan menagkup serta menggenggam dua gundukan, lalu kutarik perlahan bagian putingnya. “Jangan berhenti, jangan berhenti omm! “Ya ampun!” Seruku pada diri sendiri. “Lihat itu mini-mart di lampu depan?” Yanti bertanya.
