Puting susunya kuhisap dalam-dalam. terus.. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi. Kali ini aku tidur terlentang. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Mbak Nia.. Saat itu penisku sudah berdiri. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Nia yang tertutup kain tipis itu. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras. Selanjutnya Mbak Nia membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. “Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa.” “Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
