Kumasukkan kembali novel-novel
itu. Saat mataku melihat lemari Kak Tina yang terbuka (biasanya
selalu dikunci), aku tergerak untuk mencari novel yang
disembunyikannya. Sapto! Telah memakai kain sarung. Aku terbangun, tak tahunya tanganku ada di atas
dada Kak Tina, sedang tangannya menimpa tanganku itu. Untung sisanya telah mengering. Nafsunya kurasa. Aku membiarkan saja. “Iya. “Ya sudah, ganti pakaian dan makan…, Aku siapkan dulu”
Aku
masuk kamar, lalu mengambil celanaku. Reflek kuelus sendiri kemaluanku. Celana
seragamku aku rendam di kamar mandi. Aku terbangun, tak tahunya tanganku ada di atas
dada Kak Tina, sedang tangannya menimpa tanganku itu. Hanya saja, rasanya
lengket. Kejantananku menegang. Kak Tina nafasnya tak teratur
saat membaca bagian yang menceritakan permainan cinta Marisa dengan
beberapa laki-laki. Bau yang membuat kejantananku langsung bertambah
kencang. Pak Rochim tak pernah mengambil pembantu lagi. Aku tak
percaya. Malam-malam, kalau Kak Tina tidur, aku menjelajahi tubuhnya.
