Kuparkir mobilku di pinggir jalan. Aqu sedikit menggigil kedinginan cuma berpakaian dalem di ruangan yg ber-AC ini. Akan kuukur badanmu, apakah memenuhi syarat”, kata Rundolf sembari mengambil meteran untuk menjahit. Kelihatannya ia sebaya dgnku. Tangan Rundolf lebih kuat mendekapku kencang-kencang sampai aqu hampir tak bisa bernafas.“Kamu memang benar-benar cantik, Sherli”, kata Rundolf sembari mencium tengkukku sementara tangannya masih terus merambah kedua bukit yg membusung di dadaqu.Tiba-tiba dgn kasar, Rundolf mendorongku, sehingga aqu jatuh tertelentang di sofa. Sekarang giliran kamu dites. Seorang perempuan cantik keluar dari ruangan lain, telanjang bulat. Mudah amat! Astaga! Batinku. Terpaksa aqu cuma dapat menerima dgn pasrah digagahi oleh Rundolf. Ah, gila ini! Oh ya, Sherli, nama yg bagus, sebagus orangnya. Aqu menoleh ke belakang. Kukenakan kaos oblong tanpa lengan dan celana pendek ketat yg memperlihatkan lekuk-lekuk bokongku yg begitu menggiurkan.
