Sejenak aku memberinya kesempatan untuk bernafas. “Eh Den, kamu sama sapa nih?” kata Reza sambil senyum-senyum kepada Aryo. Siang itu udara panas sekali. Aku bener-bener merasa serba salah saat melihat wajah imutnya agak murung kali ini. Tidak berapa lama, perutku terasa sakit. Kemudian dia duduk di pinggir ranjangku sambil melihat adegan-adegan yang masih saja berlangsung di layar TV. Aku duduk di sebelah Aryo, sambil kuelus punggungnya. Aku menyentuh kemaluannya yang mengeras. Aku terburu-buru ke kamar mandi. Aku mencium bibirnya yang merah, sekali, ia diam saja.Ketika kucium bibirnya untuk kedua kalinya, Aryo membalas, kaku. Aku mulai membuka kaos yang sedang dipakainya, dan terlihat dadanya yang bidang, kulitnya yang putih bersih. “Begitu lho, Den!” kata Tante Ida, “Soalnya dari anak-anak yang kost di sini, kamu yang paling sering di rumah, dan juga kamu yang paling lama di sini, kamu sudah Tante anggap seperti kakaknya Aryo.”
“Ah, Tante ada-ada saja”, kataku.
>