Siapa tahu itu hanya akan jadi luka baru baginya. “Aduhhh… duh… enaknyaa… ton.. Kugenjot terus sambil meremasi kedua susunya yang ikut bergoyang. Kuangkat dia ke ranjang. itu.. Tentu saja tak seorang pun pernah tahu, bahwa sesuatu pernah terjadi di antara kami.Sekarang setahun sudah lewat. Sesekali kupandangi wajahnya di sela nafasku yang ngos-ngosan. Sesampainya di sela paha kubuka lagi kedua kakinya, terkuaklah liang kemaluan yang kumakan tadi. Di lantai paling atas, mataku tertuju kepada seorang gadis cantik dan seksi, sedang makan sendirian, tak ada teman. enakhh.. lebih… puass…” katanya sambil mengangis lagi.Aku sungguh tak mengerti. mau… aku cuma mau yang ini, ini lebih enak..” teriakku sambil menunjuk liang kemaluannya.“Nih.. ton… hhhsshh.. Dalam hati aku tertawa, “Dasar wanita… munafik.”“Ayo… Nin… ayo…” kataku pelan mengharap cairan itu segera keluar membasahi kemaluan indahnya.
